Di balik layar, Darin
Opini: Sebuah Harap pada Amplop Cokelat
Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh di pundaknya Di sela bibir tampak mengering Terselip sebatang rumput liar Jelas menatap awan berarak Wajah murung semakin terlihat Dengan langkah gontai tak terarah Keringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Mengandalkan ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku 'Tuk jaminan masa depan Langkah kakimu… Lanjutkan membaca Opini: Sebuah Harap pada Amplop Cokelat
Metamorfosa Hati, Mata, dan Rasa
Pancarona di taman puspaHarum puspita merayunya bercandaWarna-warni memikat iaKembang dihinggapi makhluk Tuhan nan adiwarna.Mata siapa yang tak menaruh cintaPada kepak halus, sayap jelitaGemulai lenggok mengangkasaMenukik lembut, mengitari pemilik mahkota.Mengecap rasa dengan kakinyaBelalai menusuk, membelai bungaMadu dihisap, kaki mengikat sari, ia bawaHinggap di putik, menjadilah, semoga. Berwajah lupa,Manusia tinggi hati, mengingkari:Saat musim semi, telur-telur pecahBeralih bentuk… Lanjutkan membaca Metamorfosa Hati, Mata, dan Rasa
Mandek
Untuk menemani jam-jam ronda, melawan mata yang tidak ngantuk, saya menyempatkan menuliskan sedikit keinginan hati yang rencananya sudah dapat dibaca di blog ini. Ada beberapa tulisan yang masih mandek, belum selesai, dan ada yang masih butuh banyak revisi sebelum saya kirim ke sini. Target pertama saya adalah mengorek masa lalu, masa kecil dan segala hal… Lanjutkan membaca Mandek
Melepas
Aku ingin memulai sebuah cerita baru, bersangkut paut dengan aku di hari-hari lalu,bersatu padu,menjadikan aku. Hingga semuanya lepas,dariku.
Balada Pria Tua tanpa Nama
Selamat, November
Na, Terima Kasih telah Membuatku Bahagia (2)
Hari ini kita bertemu lagi, Na. Hari pertama kita benar-benar saling jawab tanya, Kamu masih senang tersenyum, seperti biasa. Aku masih suka untuk tidak memandangi senyumanmu, nanti saja. Na, ternyata aku cukup kuat. Kukira lebih kuat daripada kekhawatiranku yang sering mencuat, Hanya saja aku ingin tetap menjadi pria yang saling hormat, Kepadamu dan kepadanya yang… Lanjutkan membaca Na, Terima Kasih telah Membuatku Bahagia (2)
Ampuni Aku, Tuhan
Di kepalaku riuh rendah Beberapa hari telah Aku asyik berazam Hingga tak berbatas lagi siang dengan malam Aku sibuk Rindu menumpuk Asa tertumbuk Kebaikan seperti sedang merajuk Aku hilang paham Tak ingin di luka yang dalam Apa mereka ingin aku kalah? Terus-terusan mengalah? Aku berdosa padamu, Tuhan Dengan kata "mungkinkah" Aku tidak percaya Tuhan Dengan… Lanjutkan membaca Ampuni Aku, Tuhan
Tanpa Embun
Padang, Setelah hujan reda dan semoga meredakan kabut asap. Lalu embun turun, seperti biasanya. Entah telah berapa lama langitku tidak terlihat biru. Ia kini kelabu, berdebu. Aku tutup hidung, Aku tutup mulut, Mereka tetap, tutup telinga. Kukira langit sedang mendung, Nyatanya masih penuh kabut, Kuhirup asap, kupenuhi dada. Tak peduli lagi nanti ia akan membunuhku.… Lanjutkan membaca Tanpa Embun
Rumah Baca Masyarakat
Sabtu, 21 September 2019. Malam itu, kami menguak kabut yang kian hari semakin tebal. Di beranda mesjid Nurul Wujud, kami mendiskusikan bagaimana cara kami berbakti untuk kampung kami. Kami bertukar pikiran tentang banyak hal; apa yang bisa kami kelola, apa yang akan kami lakukan, apa resiko dan tantangan yang akan kami hadapi. Seperti tak mau… Lanjutkan membaca Rumah Baca Masyarakat
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.